Chelsea 5-4 Manchester United FC after extra time
Chelsea 3 Manchester United FC 3 – Chelsea win 5-4 after extra time: CHELSEA sensationally avenged... q.gs/2VIhlBen's Blog
Hope you all enjoy it
Kamis, 01 November 2012
Minggu, 28 Oktober 2012
Unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
a. Tokoh
dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya
demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru
dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya
demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru
dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya
demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru
dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya
demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru
dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya
demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru
dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang
menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi
strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh
protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya
demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru
dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
b. Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar
memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk
memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah
Samsulbahri)
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang
diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru
hara juga saat dimana moral masih bobrok.
Latar Sosial
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar
memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk
memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah
Samsulbahri)
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang
diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru
hara juga saat dimana moral masih bobrok.
Latar Sosialü
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar
sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat
Melayu.
c. Alur
(Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak
hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini
terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu,
alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang
dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut.
Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan
sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa
tersebut meliputi:
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak
hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini
terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu,
alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang
dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut.
Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan
sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa
tersebut meliputi:
Ø mulai
melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti:
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan
itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan
mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat
disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang.
Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama
Datuk Maringgih.)
Ø peristiwa-peristiwa
mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti:
Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal
itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk
melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar
semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda
Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk
Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih
mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya.
Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau
menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
Ø keadaan
mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya.
(Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik
dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan
berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat
Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat
memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan
kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang
terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang
menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
Ø mencapai
titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh.
(Bukti:Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi
huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya.
Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan.
Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang.
Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir
panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun
sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
Ø pemecahan
masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih,
Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya.
(Bukti:Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada
saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan
ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat
bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
d. Sudut
Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam
cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan
siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di
antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang
“aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam
cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan
siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di
antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang
“aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
e. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan
dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan
diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni
pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan
dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan
diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni
pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
f. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema
dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan
ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut
secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari
sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema
dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan
ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut
secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari
sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
g. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat
positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam
cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa
saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri.
Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu
menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai
mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi
kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan
hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan
yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir
dari persoalan
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat
positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam
cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa
saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri.
Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu
menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai
mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi
kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan
hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan
yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir
dari persoalan
IDENTIFIKASI UNSUR
INTRINSIK NOVEL
Adapun unsur ekstrinsik
adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur
ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan
subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan
menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya
bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan
penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat
lama.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan
menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya
bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan
penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat
lama.
2. Psikologi
pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan
terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan
terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan
di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih
kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha
membuat terobosan baru dengan karyanya.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih
kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha
membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan
hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton,
dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan
memunculkan gaya bahasa Melayu.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton,
dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan
memunculkan gaya bahasa Melayu.
Langganan:
Postingan (Atom)